Dikotomi Moralitas Santri Dengan Budaya Barat
Wednesday, 27 June 2018
Add Comment
Tidak perlu kita pertanyakan lagi sebenarnya
apa dan bagaimana peran dari seorang santri itu sendiri. Karena memang sudah
jelas, hidup di kawasan pesantren yang penuh dengan tuntunan dan
bimbingan akhlak/moral yang baik dapat mengenalkan mereka terhadap masyarakat
luas bahwa begitu pentingnya sebuah moral di setiap ruang lingkup kehidupan
kita setiap harinya.
Banyak orang mengenal bahwa moral hanya di
batasi kepada pergaulan semata saja, padahal sebenarnya itu tidak. Melihat dari
arti sebenarnya bahwa, Moral adalah perilaku yang baik antar sesama makhluk.
Dari atasan kebawahan, dari bawahan ke atasan, dan lain sebagainya. Begitupun
juga moral yang terdapat di sebuah Pesantren. Bagaimana akhlak yang baik antara
santri terhadap gurunya, antara guru terhadap santrinya, antar santri dengan
santri dan antara guru dengan guru. Karena memang semua itu tidak terlepas dari
adanya akhlakul karimah dari yang satu kepada yang lain untuk sama-sama bisa
terlepas dari “pergulatan dekadensi moral masyarakat pesantren”.
Sebenarnya sudah terpampang jelas di dalam
sabda Rosululloh SAW
إنّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأخْلاق Dari
hadist ini sebenarnya sudah dapat kita cerna bahwasanya memang di antara sekian
banyaknya ilmu yang wajib untuk kita cari yang paling utama adalah akhlaqul
karimah (Moral), karena tanpa moral yang Epik maka
hidup tidak akan apik, begitulah slogan yang tepat
mengenai perilaku seseorang pada abad masa kini.
Masyarakat mengenal bahwa santri merupakan
gambaran utama mereka untuk dijadikan sebuah cermin dalam memperbaiki moral
mereka (Masyarakat). Karena rutinitas dan actifitas dari santri sendiri setiap
harinya tidak pernah terlepas dari Undang-Undang moralitas yang santun.
Kegiatan keseharian mereka selalu di penuhi dengan aturan-aturan yang islami,
sehingga kecil kemungkinan mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak
semestinya mereka lakukan.
Tapi sayang, sebagian santri yang seharusnya
tetap mermpertahankan eksistensi cermin akhlakul karimah walaupun alam sudah
mulai berkiblat ke budaya barat sekarang sudah tidak lagi mempersoalkan moral
dan akhlaknya. Pilar-pilar akhlakul karimah sudah mulai terabaikan. Gaya-gaya
barat sudah mulai menjadi kostum dan trend mereka. Itu terlihat jelas dari gaya
mereka, mulai dari gaya rambut, gaya berpakaian, dan gaya mereka dalam
bertingkah laku yang sudah mulai mendekati kepada hal-hal yang sudah tidak
lazim lagi.
Sebagian terdapat santri tidak
menyadari hal ini, mereka hanya melihat kepada dirinya sendiri, tanpa melirik
kepada apa yang semestinya mereka lakukan sebagai seorang santri. Di satu sisi
memang kita harus kenal dengan budaya-budaya barat. Namun, kita
sebagai santri juga harus bisa membangun kesadaran sejak awal, bahwa
budaya-budaya barat akan berdampak buruk jika kita “kebablasan” dalam meng-Aplikasikannya.
Pengenalan santri di atas terhadap Akhlakul
karimah hanya di batasai kepada catatan harian mereka saja, tidak kepada
prakticumnya. Agent of Change and Agent of Control sudah
mulai tinggal logonya saja. Visi misi mereka dalam menyampaikan perilaku yang
baik terhadap masyarakat luas sudah tidak lagi menjadi harapan bangsa. Melihat
dari tingkah laku dari santri itu sendiri sudah mulai banyak menuai kritikan
pedas. Banyak guru-guru mereka di pandang sebelah mata, seakan-akan tidak
pernah menganalnya dan tidak pernah mau mengenalnya. Padahal kita tau bahwa
guru adalah orang tua kita di sekolah (pesantren), sehingga sangat di sayangkan
sekali jika santri tidak mau untuk menyadari dan membanahi diri mereka yang
sepertinya semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Fenomena lain sebagai perubahan perilaku
sebagian santri yang berkonotasi perubahan Negative Konstruktif adalah adanya
keberanian mereka terhadap
para guru, Melawan
dan sudah mulai tidak
menghormatinya.
Atas dasar fenomena-fenomena di atas, pada
akhirnya perlu diadakan suatu kajian secara lebih mendalam tentang bagaimana
perilaku santri dalam kerangka Perbaikan Moral di Tengah-Tengah era
Globalisasi. Untuk lebih dapat mengembalikan peran dari santri itu
sendiri.
Maka dari itu, Agar sendi-sendi kehidupan kita sebagai santri tetap kokoh dan kuat, marilah kita sama-sama introfeksi, membenahi diri dan kembali kepada apa yang seharusnya kita lakukan sebagai santri. Mengedapankan moralitas-moralitas islamiyah yang sesuai dengan tuntunan dan harapan baginda Rosululloh SAW.
0 Response to "Dikotomi Moralitas Santri Dengan Budaya Barat"
Post a Comment